DESTINASI
ROYAL AMBARRUKMO YOGYAKARTA: Hadirkan Nilai Budaya Tinggi yang Tidak Didapatkan di Hotel Lain
SEJARAH PENDOPO AGUNG KEDHATON AMBARRUKMO
Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, bangunan bersejarah ini terletak di sayap kanan bangunan utama hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta yang berada di jalan Laksda Adisucipto No. 81 Yogyakarta dan Plaza Ambarrukmo.
Royal Ambarrukmo Yogyakarta sendiri adalah sebuah hotel yang pembangunannya diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno dan Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1965. Kedua bangunan ini sekarang sudah merupakan sebuah cagar budaya.
Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo dahulu dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono V dan diselesaikan oleh Sultan Hamengku Buwono VII pada tahun 1897. Beliau sempat dijuluki “Sultan Sugih” karena kekayaannya yang didapat dengan mendirikan pabrik-pabrik dan perkebunan.
Adalah Kanjeng Gusti Pangeran Harya Adipati Mangkubumi yang memberikan nama Ambarrukmo, beliau adalah adik laki – laki dari Sri Sultan Hamengku Buwana VII.
Ambarrukmo yang pada mulanya dibangun hanya berfungsi tempat mesanggrah
atau tempat peristirahatan dan singgah Sultan dan sebagai tempat penyambutan
tamu – tamu penting Keraton sebelum menuju Keraton, kemudian hingga akhirnya beralih fungsi menjadi sebuah tempat tinggal.
Pada 27 Oktober 1920, Sri Sultan Hamengku Buwono VII mengajukan untuk lereh keprabon atau berhenti menjabat sebagai Sultan. Setelah resmi tidak menjabat, beliau kemudian menetap dan tinggal di Pesanggrahan Ambarrukmo.
Dengan demikian maka berubah pula fungsi Pendopo Agung Ambarrukmo, yang awalnya Pesanggrahan menjadi Kedhaton Ambarrukmo. Mengingat yang menempati kawasan Ambarrukmo adalah Sri Sultan Hamengku Buwana VII, sekalipun beliau sudah tidak lagi menjabat sebagai Sultan, namun secara protokoler tetap menggunakan protokoler Keraton pada saat itu, baik protokoler keprajuritan maupun protokoler bentuk arsitektur bangunannya.
Dengan menaiki kereta Kencana Kiai Garuda Yaksa, perjalanan beliau dari Keraton Yogyakarta menuju Kedhaton Ambarrukmo ditandai dengan 19 kali tembakan meriam dan disertai iringan arak-arakan dari warga Yogyakarta.
Setelah pindah dan mendiami Kedhaton Ambarrukmo, keseharian beliau dihabiskan di tempat ini, hingga Sri Sultan Hamengku Buwono VII wafat di Kedhaton Ambarrukmo dan dimakamkan di Makam Raja-raja Mataram, Pajimatan Imogiri.
Tidak hanya dikenal sebagai bangunan yang kaya akan nilai sejarah, setiap bentuk, struktur, dan ornamen di Pendopo Agung Ambarrukmo memiliki makna dan filosofi masing-masing.
Seperti hiasan yang bernama Putri Mirong di pilar penyangga Pendopo yang menandakan kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan serta sebagi visualisasi kehadiran sosok Ratu Pantai Selatan, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kanjeng Ratu Kidul. Hiasan Ceplok Melati atau Wajikan yang terdapat di langit-langit Pendopo juga menyimbolkan sifat kejujuran.
Kini Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo yang juga merupakan kesatuan dari Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo telah menjadi bagian salah satu cagar budaya dan terbuka untuk umum, serta menjadi salah satu pilar pelestari Kebudayaan terutama Kebudayaan Jawa khususnya Yogyakarta. Selain menjadi Saksi bisu sejarah dengan bentuk bangunan beserta instrument arsitekturnya.
Sekarang ini, Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo menjadi sebuah bangunan cagar budaya dan terbuka untuk umum. Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo juga sudah dilengkapi dengan gamelan dan wayang.
Gamelan bernama Kiai Yasa Arum memiliki warna dominan hijau tua dengan ukiran-ukiran yang sama dengan ornamen yang ada Pendopo.
Selain Gamelan, keberadaan Wayang di Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo juga merupakan satu set wayang lengkap gaya klasik Yogyakarta dengan ragam tokoh – tokoh Wayang dari cerita Mahabharata.
Tidak hanya itu, yang dinilai istimewa adalah terdapat pula wayang tokoh Sri Sultan Hamengku Buwono VII, yang disebut Wayang Kaping Piton, hal ini adalah simbol yang mencerminkan sifat memuliakan atau menghormati beliau (Sri Sultan Hamengku Buwana VII) sebagai sosok yang identik dengan keberadaan Pesanggrahan Kedhaton Ambarrukmo dan Wayang Kaping Piton adalah Wayang yang merupakan satu-satunya di Yogyakarta.
Royal Ambarrukmo Yogyakarta yang kini dipercayai untuk mengelola Pendopo ini, juga turut menghidupkan kembali suasana Pendopo dengan mengadakan kegiatan yang dikemas dalam bentuk Pendopo Activity, yaitu kegiatan-kegiatan kesenian seperti tari kreasi jawa, suling bambu, siteran, jemparingan, Macapat dan kelas biola yang diadakan di kompleks Pesanggrahan khususnya Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo.
Fungsi lain dari keberadaan Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo saat ini adalah sebagai sentral penyebaran kebudayaan dan museum Sultan Hamengku
Buwono VII. Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo juga difungsikan untuk kegiatan social function masyarakat luas seperti gathering, meeting semi-outdoor, wedding, dan pentas-pentas kebudayaan lainnya. []