Connect with us
Pln

CEO TALK

Putu Aryantho: Suksesnya Anak Desa Jadi GM Termahal di Hotel Internasional Bintang Lima

CHRIESTIAN

Published

on

Putu Aryantho

MEDIABUMN.COM, Jakarta – Berbekal pegalaman panjang di industri perhotelan yang dimulai dari level bawah telah mengasah kemampuan dan kematangannya dalam mengelola berbagai properti hotel hingga mencapai goal business.

Tidak jarang goal business yang dibukukannya mampu melampaui target yang telah ditetapkan oleh management sehingga dengan capaian tersebut berhasil membuat senyum lebar sang owner.

Adalah Putu Aryantho, pria yang saat ini menjabat sebagai General Manager Grand Inna Kuta Bali ini telah malang melintang di industri perhotelan selama 26 tahun dengan beragam tantangan kehidupan dan pekerjaan yang dihadapi. Sehingga namanya kerap menjadi perbincangan manis para owner hotel yang tidak sedikit menjadi rebutan.

Kepada MEDIABUMN pria yang akrab disapa Aryantho ini mengaku jika materi bukan segalanya, namun bagaimana dirinya mampu berbuat yang terbaik kepada seluruh pemangku kepentingan, stakeholder terutama hal-hal yang bermanfaat bagi seluruh pekerja dan masyarakat sekitar.

Selain itu bagi Aryantho restu orang tua terutama sang ibunda adalah hal utama dalam bekerja. Bukan basa-basi, terakhir sebelum ini, ia pernah menolak pinangan salah satu hotel berbintang di luar Bali lantaran keputusannya harus dekat dengan sang ibunda yang baru saja ditinggal Ayahanda.

Aryantho lahir dengan keadaan ekonomi orang tua yang bisa dibilang sulit. Namun pada waktu itu ia melihat potensi Bali ke depan pasti akan jauh lebih berkembang. Potensi ini yang dibaca oleh Aryantho sehingga memantapkan dirinya untuk mendalami ilmu pariwisata.

“Karena pemikiran orang dulu sekolah itu kan kalau tidak menjadi dokter, insinyur atau menjadi tentara,” ujarnya.

Sadar dengan kemampuan orang tua, Aryantho muda memberanikan diri kepada orang tuanya untuk meminta biaya sekolah selama 1 tahun untuk mendalami ilmu Pariwisata di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP) Bali pada tahun 1989.

“Biaya kuliah 1 tahun tersebut saya anggap sebagai modal kerja dan setelah itu saya berjanji tidak akan meminta apapun kepada orang tua saya bahkan saya bertekad untuk membantu orang tua dan saudara-saudara saya,” kenang Aryantho.

Karena keadaan keuangan yang cukup sulit, di luar waktu sekolah, Aryantho memiliki kesempatan bekerja di café/bar untuk mencari penghasilan tambahan agar bisa bertahan sekaligus mencari pengalaman.

PERJALANAN KARIR

Aryantho memiliki background pendidikan perhotelan khususnya bidang Food and Beverage (F&B). Pria kelahiran Tabanan 22 Januari 1971 ini menjadi salah satu mahasiswa dengan lulusan terbaik di BPLP tahun 1988.

Dengan predikat tersebut, ia merasakan memiliki privilege untuk melamar pekerjaan di beberapa Hotel terbaik yang saat itu momennya dibuka hampir bersamaan di kawasan Nusa Dua. Karir pertama Aryantho dimulai dengan bekerja sebagai waiter di Sheraton Nusa Indah yang sekarang menjadi Westin Nusa Dua.

Hanya bekerja selama 1,5 tahun, Aryantho mulai percaya diri untuk bekerja di luar pulau Bali dengan harapan mendapatkan yang terbaik antara lain Sheraton Surabaya Hotel & Towers. Aryantho bertugas untuk Opening team selama International Conference.

Seiring dengan berjalannya waktu, karir Aryantho terus menanjak dengan skill dan pengalaman yang dimiliki yang pada akhirnya menjadi perhatian manajemen untuk memberikan tanggung jawab lebih besar dengan level manager sebagai Restauran Manager – tercatat sebagai salah satu F&B Manager termuda di Starwood Group – naik level menjadi Director yaitu sebagai F&B Director di Sheraton Timika, Sheraton Surabaya Hotel & Tower, Sheraton Bandara Jakarta, The Regent Jakarta dan terakhir di St. Regis Nusa Dua Bali sebagai puncak pencapaian karir di F&B Department.

Putu AryanthoSetelah beberapa kurun waktu, sampai akhirnya berkesempatan menjadi Executive Assistant Manager di The Laguna Luxury Collection Bali selama hamper 4 tahun, sebelum mencapai puncak karir hotelier dan mencapai posisi tertinggi di dunia hotel sebagai General Manager.

Seperti diketahui bahwa Sheraton bahkan Marriot hampir saat itu, rata-rata memiliki GM yang berasal dari luar negeri, namun Aryantho mampu membuktikan jika putra Indonesia pun layak dan mampu menjadi GM di international hotel.

“Ini tantangannya! Saya orangnya keras dan saya harus serius untuk belajar dan berkembang yang pada akhirnya mengantarkan saya sebagai GM lokal termahal di Marriot International di Indonesia,” pungkas Aryantho yang pada akhirnya kini berlabuh sebagai General Manager di Grand Inna Kuta karena ingin lebih dekat dengan sang Ibunda tersayang di Pulau Bali.

Kesuksesan Aryantho menapakan karir di Industri perhotelan tentu tidak dilalui dengan mudah, banyak tantangan dan rintangan yang harus dihadapi. Namun dari pengalaman panjang tersebut ia mengaku bahwa ia belajar satu hal bahwa berhubungan baik adalah hal yang terpenting dalam kehidupan meskipun bukan semata untuk urusan bisnis.

“Sampai saat ini dengan sangat mudah saya masih bisa terus berkomunikasi dengan para owner. Bisnis hotel related we do need to have a networking dan itu hanya bisa berkesinambungan kalau kita jujur, berprestasi extra dan punya kepribadian yang berkarakter. Beberapa owner hotel besar bahkan keluarganya masih sering berkomunikasi dengan saya dengan sangat baik, walaupun hanya sekedar mengucapkan selamat ulang tahun dan atau hanya sekedar bersua makan dan ngopi saat mereka ada di Pulau Bali,” jelas Aryantho.

Terkait pariwisata Indonesia, ke depannya Aryantho berharap pemerintah dapat serius mendorong aksesibilitas dan infrastruktur di beberapa pulau di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar bahkan memiliki kekayaan alam yang mampu melebihi Bali seperti Sumba dan Flores.

“Saya juga mengajak kepada seluruh saudara-saudara kita di seluruh Indonesia yang tinggal di daerah dengan potensi kekayaan alam dan budaya yang besar untuk mengeksplor potensi alamnya dengan benar yang kita peruntukkan kepada generasi yang lebih baik ke depannya,” tutup Aryantho. []

Continue Reading